Jumat, 30 Agustus 2013

gereja di Asia


Pendahuluan

Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda. Slogan dalam sebuah iklan suatu produk ini menjadi slogan yang menarik dan sering secara tidak sadar diungkapkan dalam hidup sehari-hari. Kesan pertama seringkali lebih kuat tertanam dan diingat dalam benak manusia. Kesan ini sendiri biasanya muncul dengan kuat dan didapat dari identitas seseorang/sesuatu.

Identitas apa yang membangun kesan yang baik dan membuat seseorang mau terlibat dalam organisasi? Setiap organisasi memiliki identitas yang berbeda-beda. Gereja yang masuk dalam kategori organisasi normative, tentu mempunyai identitasnya sendiri yang menjadi ciri khas yang membedakan Gereja dengan organisasi yang lain.

Apa itu identitas? Jokes berikut ini mengantar kita kepada pemahaman sederhana tentang identitas . Seorang pastor Katolik dan seorang rabi Yahudi sama-sama sedang mengambil makanan dalam sebuah pesta. Setengah berkelakar dan setengah mengejek, pastor Katolik itu berkata kepada si Rabi, “ayo dong, ambil ham-nya! Ham adalah makanan paling enak diseluruh dunia.” Tetapi rabi Yahudi itu menjawab, “oh, jangan kuatir, nanti pasti akan saya ambil, yaitu pada pesta kawin Anda.” Si Pastor tahu bahwa rabi Yahudi itu tidak makan babi, dan sebaliknya si rabi tahu kalau pastor Katolik itu tidak kawin. Itulah identitas masing-masing mereka.[1]

Hendriks membagi identitas dalam dua arti, dalam arti yang objektif dimana identitas tidak pernah berubah dan tetap sama dalam segala perubahan waktu, jaman, serta tempat. Yang kedua identitas dalam arti yang lebih subjektif, sebagai identitas diri. Identitas yang kedua dibahasakan oleh Hendrik sebagai fungsi (konsepsi) identitas, dimana organisasi akan menentukan identitasnya dengan mengungkapnkan siapa mereka dan apa misi mereka dalam kultur masyarakat dan dalam waktu tertentu .[2]  

Paper ini akan berbicara secara sederhana tentang konsepsi identitas gereja di Asia pada khususnya.


[1] Eka Darmaputera, Identitas dan Kepelbagaian, bulletin HODOS, No.45.2004, p15
[2] Hendriks, Jan. Jemaat Vital dan Menarik, p.174

Tidak ada komentar:

Posting Komentar