Pendahuluan
Kesan
pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda. Slogan dalam sebuah iklan
suatu produk ini menjadi slogan yang menarik dan sering secara tidak sadar
diungkapkan dalam hidup sehari-hari. Kesan pertama seringkali lebih kuat
tertanam dan diingat dalam benak manusia. Kesan ini sendiri biasanya muncul
dengan kuat dan didapat dari identitas seseorang/sesuatu.
Identitas
apa yang membangun kesan yang baik dan membuat seseorang mau terlibat dalam
organisasi? Setiap organisasi memiliki identitas yang berbeda-beda. Gereja yang
masuk dalam kategori organisasi normative, tentu mempunyai identitasnya sendiri
yang menjadi ciri khas yang membedakan Gereja dengan organisasi yang lain.
Apa itu
identitas? Jokes berikut ini mengantar kita kepada pemahaman sederhana tentang
identitas . Seorang pastor Katolik dan seorang rabi Yahudi sama-sama sedang
mengambil makanan dalam sebuah pesta. Setengah berkelakar dan setengah
mengejek, pastor Katolik itu berkata kepada si Rabi, “ayo dong, ambil ham-nya!
Ham adalah makanan paling enak diseluruh dunia.” Tetapi rabi Yahudi itu
menjawab, “oh, jangan kuatir, nanti pasti akan saya ambil, yaitu pada pesta
kawin Anda.” Si Pastor tahu bahwa rabi Yahudi itu tidak makan babi, dan
sebaliknya si rabi tahu kalau pastor Katolik itu tidak kawin. Itulah identitas
masing-masing mereka.[1]
Hendriks
membagi identitas dalam dua arti, dalam arti yang objektif dimana identitas
tidak pernah berubah dan tetap sama dalam segala perubahan waktu, jaman, serta
tempat. Yang kedua identitas dalam arti yang lebih subjektif, sebagai identitas
diri. Identitas yang kedua dibahasakan oleh Hendrik sebagai fungsi (konsepsi)
identitas, dimana organisasi akan menentukan identitasnya dengan mengungkapnkan
siapa mereka dan apa misi mereka dalam kultur masyarakat dan dalam waktu
tertentu .[2]
Paper ini
akan berbicara secara sederhana tentang konsepsi identitas gereja di Asia pada
khususnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar